Gaza, itulah nama hamparan tanah yang luasnya tidak lebih
dari 360 km persegi. Berada di Palestina Selatan, “terjepit” di antara tanah
yang dikuasai penjajah Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania, serta
dikepung dengan tembok di sepanjang daratannya. Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah
ini.
Namun, jangankan menguasai, untuk
bisa masuk ke dalamnya saja Israel
sangat kesulitan.Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota
kecil ini. Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh
bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini.
Namun, penduduk Gaza
tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat. Akhirnya
Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008
hingga 18 Januari 2009. Mereka “menggugurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan
semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.
Namun, sekali lagi, negara yang
tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza. Di atas
kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa
jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestina, tidak
akan mampu menghadapi pasukan Israel yang didukung tank Merkava yang dikenal
terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, heli tempur
Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan Amerika Syarikat.
Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang membuat para
mujahidin mampu membuat “kaum penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka
tertunduk, walau hanya dengan berbekal senjata-senjata kuno. Itulah pertolongan
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat dan
ikhlas. Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang ikut bertempur bersama para
mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada, serta beberapa “peristiwa aneh”
lainnya selama pertempuran, telah beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis
para jurnalis, bahkan disiarkan para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jumaat
mereka.
Berikut ini adalah rangkuman “kisah-kisah ajaib” tersebut
dari berbagai sumber untuk kita ingat dan renungkan.
Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina.
Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu. Suatu hari
di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di
antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi
oleh sekelompok pasukan Israel. Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di
sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para
pejuang al-Qassam.
Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al
Aan (25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu
menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam.
Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu
pingsan. Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu
menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara
itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu
berseragam putih!”
Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs
milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya
“pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh
sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok
Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana.
Saya cuma sopir ambulan.” Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan
yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir
pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya.
“Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.
Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari
seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama
keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel. Di tangga rumah ia
melihat beberapa pejuang menangis.” Kenapa kalian menangis?” tanyanya. “Kami
menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami
menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang
bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka
datang,” jawabnya.
Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap
oleh mujahidin Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel
sendiri menyatakan hal serupa. Situs
al-Qassam memberitakan bahwa TV Channel 10 milik Israel telah menyiarkan
seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali
dalam keadaan buta. “Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian
putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga
saya buta,” kata anggota pasukan ini.
Di tempat lain ada serdadu Israel yang mengatakan mereka
pernah berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana asalnya,
kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya. Masih dari Channel 10, seorang
tentara Israel lainnya mengatakan, “Kami berhadapan dengan pasukan berbaju
putih-putih dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, akan tetapi
mereka tidak mati.”
Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya
kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu? Apakah
pasukan berbaju putih itu adalah MALAIKAT bantuan Allah, sebagaimana Allah
telah membantu dalam perang Badar dalam Al-Qur’an? “(Ingatlah), ketika kamu
memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu:
"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu
malaikat yang datang berturut-turut". (QS. 8 : 9)
Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan
oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah
ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al
Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan
(Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).
Sang khatib bercerita, seorang pejuang
telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis
yang melalui jalan tersebut. “Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian
melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank
yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.
Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas
karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat
banyak. Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu
mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di
tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak
tiga kali.
“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal
itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun
yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.
Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di
lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesuatu yang “ajaib”
terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya
langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka
harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,”
kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib. Cerita yang disampaikan oleh
seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut
mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang
melakukan ribath (berjaga) mengatakan, “Ketika saya mengamati gerakan tank-tank
di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya
mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba
untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak
keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”
Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di
daerah AI Maghraqah. Saat itu para mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat
mengulur kabel, tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki mereka. Bom
pun langsung jatuh ke lokasi itu. Untunglah para mujahidin selamat. Namun,
kabel pengubung ranjau dan pemicu yang tadi hendak disambung menjadi terputus.
Tidak ada kesempatan lagi untuk menyambungnya, karena pesawat masih
berputar-putar di atas.
Tak lama kemudian, beberapa tank Israel mendekati lokasi di
mana ranjau-ranjau tersebut ditanam. Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah
berhenti tepat di atas peledak yang sudah tak berfungsi itu. Apa daya, kaum
Mujahidin tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung,
sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas ranjau. Mereka merasa
amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian
yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin
lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan
kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga tidak memiliki
kesempatan serupa.”
Tiba-tiba, ketika fajar tiba, terjadilah keajaiban.
Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi penanaman ranjau yang tadinya tak
berfungsi. Setelah Tentara Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan
lersebut, para mujahidin segera melihal lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata
seluruh ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh. Dari mana datangnva
ledakan? Wallahu a’lam. Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel
menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah itu terbakar dan api
menjalar ke rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api
itu semakin tak terkendali.
Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa, “Wahai Dzat yang
merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah
api itu dengan kekuatan-Mu.” Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam.
Para mujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala
(SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.
Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam
tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan. Seorang
mujahid Palestina menuturkan “kisah aneh” lainnya kepada situs Filithin Al Aan
(25/1/ 2009). Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, sang mujahid melihat
seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang melintas sebelum
rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.
Para mujahidin yang juga melihat merpati itu langsung
menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan sang merpati. Begitu merpati
itu melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat persembunyian
mereka. Ternyata dugaan mereka benar. Selang beberapa saat kemudian bom-bom
Israel datang menghujan. Para mujahidin itu pun selamat.
Adalagi “cerita keajaiban” mengenai seekor anjing,
sebagaimana diberitakan situs Filithin Al Aan. Suatu hari, tatkala sekumpulan
mujahidin Al Qassam melakukan ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba
muncul seekor anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya
memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan tempat
penyimpanan senjata dan persembunyian para mujahidin.
Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan sikap tidak
bersahabat. Salah seorang mujahidin kemudian mendekati anjing itu dan berkata
kepadanya, “Kami adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami diperintahkan
untuk tetap berada di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan jangan
menimbulkan masalah untuk kami.”
Setelah itu, si anjing duduk dengan dua tangannya dijulurkan
ke depan dan diam. Akhirnya, seorang mujahidin yang lain mendekatinya dan
memberinya beberapa korma. Dengan tenang anjing itu memakan korma itu, lalu
beranjak pergi.
Ada pula kisah menarik yang disampaikan oleh komandan
lapangan Al Qassam di kamp pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat
dhuhur di masjid Al Qassam (17/1/2009). Saat itu sekelompok mujahidin yang
melakukan ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank Israel dan pasukan khusus
mereka. Dari atas, pesawat mata-mata terus mengawasi. Di saat posisi para
mujahidin terjepit, kabut tebal tiba-tiba turun di malam itu. Kabut itu telah
menutupi pandangan mata tentara Israel dan membantu pasukan mujahidin keluar
dari kepungan.
Kasus serupa diceritakan oleh Abu Ubaidah. salah satu
pemimpin lapangan Al Qassam, sebagaimana ditulis situs almesryoon.com (sudah
tidak bisa diakses lagi). la bercerita bagaimana kabut tebal tiba-tiba turun
dan membatu para mujahidin untuk melakukan serangan. Awalnya, pasukan
mujahiddin tengah menunggu waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank tentara
Israel guna meledakkannya. “Tak lupa kami berdoa kepada Allah agar dimudahkan
untuk melakukan serangan ini,” kata Abu Ubaidah.
Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan
mujahidin segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau
di dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata
yang memenuhi langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di
sekitar kendaraan militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan
lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.
Karena kekejaman zionis yahudi, semua makhluk Allah
melawannya, Maha benar sabda Rasulullah SAW dalam haditsnya: Tidak akan terjadi
hari kiamat, hingga muslimin memerangi Yahudi. Orang-orang Islam membunuh
Yahudi sampai Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Namun batu atau pohon
berkata, "Wahai muslim, wahai hamba Allah, inilah Yahudi di belakangku,
kemarilah dan bunuh saja. Kecuali pohon Gharqad (yang tidak demikian), karena
termasuk pohon Yahudi." (HR Muslim dalam Shahih Jami' Ash-shaghir no. 7427)
“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka,
akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika
kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk
membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu'min,
dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Itulah (karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan sesungguhnya
Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir.” (QS 8: 17-18)
Cerita ini bermula ketika salah seorang pejuang yang
menderita luka memasuki rumah sakit As Syifa’. Seorang dokter yang memeriksanya
kaget ketika mengetahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang
tersebut. Yang membuat ia sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus
jantung sang pejuang karena terhalang oleh sebuah buku doa dan mushaf Al-Qur’an
yang selalu berada di saku sang pejuang.
Buku kumpulun doa itu berlobang, namun hanya sampul muka
mushaf itu saja yang rusak, sedangkan proyektil sendiri bentuknya sudah
“berantakan”. Kisah ini disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan
diceritakannya saat Festival Ikatan Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs
partai Al Ikhwan Al Muslimun (23/1/2009). Dr. Hisam juga memperlihatkan bukti
berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al-Qur’an, serta buku kumpulan doa-doa
berjudul Hishnul Muslim yang menahan peluru tersebut.
Abu Ahid, imam Masjid An-Nur di Hay As Syeikh Ridzwan, juga
punya kisah menarik. Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke masjid
itu hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan. “Akan tetapi
mushaf-mushaf Al-Qur’an tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh apa-apa,”
ucapnya seraya tak henti bertasbih. “Kami temui beberapa mushaf yang terbuka
tepat di ayat-ayat yang mengabarkan tentang kemenangan dan kesabaran, seperti
firman Allah,
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah
mereka berkata, ‘sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali,’
(Al-Baqarah [2]: 155-156).” jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip Islam Online
(15/1/2009).
Harum
Abdullah As Shani adalah anggota kesatuan sniper (penembak
jitu) al-Qassam yang menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang
berada di pos keamanan di Nashirat, Gaza. Jasad komandan lapangan al-Qassam dan
pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang” setelah terkena rudal. Selama dua
hari jasad tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan
kepala dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa
pulang ke rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan.
Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs
syiria-aleppo.com (24/1/2009), serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di
sebuah ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul
bau harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi. Keluarga Abdullah
As Shani’ terkejut lalu memberitahukan kepada orang-orang yang mengenal sang
pejuang yang memiliki kuniyah (julukan) Abu Hamzah ini.Lalu, puluhan orang
ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau harum yang berasal dari
serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam sebuah kantong plastik. Bahkan,
menurut pihak keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak suka menampakkan
amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak memenuhi rungan yang sama.
Cerita yang sama terjadi juga pada jenazah Musa Hasan Abu
Nar, mujahid Al Qassam yang juga syahid karena serangan udara Israel di
Nashiriyah. Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis yang bermukim di Gaza, ikut
mencium bau harum dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar.
Walau kain itu telah dicuci berkali-kali, bau itu tetap semerbak. Ketua Partai
Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya jenazah para
syuhada. Sebagaimana dilansir situs Al Quds Al Arabi (19/1/2009), saat masih
berada di Gaza, ia menyampaikan, “Saya telah mengunjungi sebagian besar kota
dan desa-desa. Saya ingin melihat bangunan-bangunan yang hancur karena serangan
Israel. Percayalah, bahwa saya mencium bau harumnya para syuhada.”
Yasir Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam rangka
bergabung dengan sayap milisi pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam. Ia
meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza,
terbuka beberapa bulan lalu. Sebelumnya, pemuda yang gemar menghafal Al-Qur’an
ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para penghafal) Al-Qur’an di Gaza dan
bergabung dengan para mujahidin untuk memperoleh pelatihan militer. Sebelum
masuk Gaza, di pertemuan akhir dengan salah satu sahabatnya di Rafah, ia
meminta didoakan agar memperoleh kesyahidan.
Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi
jihad Gaza, ia telah memperoleh apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam
sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya. Karena
kondisi medan, jasadnya baru bisa dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di
medan pertempuran tersebut. Walau sudah dua pekan meninggal, para pejuang yang
ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan bahwa darah segar pemuda berumur 21
tahun itu masih mengalir dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti
orang yang sedang tertidur.
Sebelum syahid, para pejuang pernah menawarkan kepadanya
untuk menikah dengan salah satu gadis Palestina, namun ia menolak. “Saya meninggalkan
keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya. Kabar
tentang kondisi jenazah pemuda yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di
kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan khutbah
Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini juga dimuat
oleh Arab Times (7/2/ 2009)
Hilang seribu, tumbuh tiga ribu. Sepertinya, ungkapan ini
cocok disematkan kepada penduduk Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya
nyawa 1.412 putra putrinya, terobati dengan lahirnya 3.700 bayi selama 22 hari
gempuran Israel terhadap kota kecil ini.
Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian
Kesehatan pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari 3.700 bayi lahir di
Gaza. “Mereka
lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, ketika Israel
melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya 1.412 rakyat Gaza, yang
mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.
Bulan Januari tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi
dibanding bulan-bulan sebelumnya. Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat
di Gaza. Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000 kelahiran. Akan
tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700 kelahiran dan pada
sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran. Berarti dalam bulan Januari
terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus. Rasio antara kematian dan
kelahiran di Gaza memang tidak sama. Angka kelahiran, jelasnya lagi, mencapai
50 ribu tiap tahun, sedang kematian mencapai 5 ribu. “Israel sengaja membunuh
para wanita dan anak-anak untuk menghapus masa depan Gaza. Sebanyak 440
anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2.000 anak serta 1.000 wanita
mengalami luka-luka.”
Sumber: Dari Berbagai Sumber Yang Dikumpulkan
0 comments
Post a Comment
- Berkomentarlah yang sopan
- Komentar tidak OOT ( Out Of Topic )
- Jangan Menaruh Livelink atau sejenisnya
- Untuk mempermudah Blogwalking gunakan Name/Url, atau OpenID pada pilhan yang tersedia